Btw setelah seminggu "hidup" di kota Medan, gw semakin yakin kalo kota ini mirip banget dengan kota Bandung. Waktu pertama kali menginjakan kaki di kota ini, gw dijemput di Bandara Polonia dan dibawa masuk ke kota melewati deretan bangunan-bangunan tua di jalan-jalan satu arah. Waktu itu memang langsung terbesit pemikiran kalo gw bukan berada di kota di Sumatera, tapi gw sedang ada di kota Bandung.
Selain desain kota yang masih meninggalkan jejak sejarah ini tentunya hal lain yang membuat gw semakin yakin kalo Medan dan Bandung adalah bersaudara adalah kekayaan kulinarinya. Kedua kota ini sama-sama surga pencinta kuliner. (Bahasan kulinari selama seminggu ini akan gw posting di berbeda).
Dan saat jalan-jalan wisata sejarah kemarin, ada hal yang diucapkan oleh pemandu di Istana Maimoon yang mengkonfirmasi keyakinan gw akan kemiripan kedua kota tersebut. Dia bilang bahwa jaman Belanda dulu, Medan dikenal sebagai Paris van Sumatera. Sedangkan Bandung tentunya sudah sering kita dengar sebagai Paris van Java. Walau masih terjadi kekaburan mengenai siapa yang pertama kali menyebut Medan sebagai Paris van Sumatera, yang pasti kota ini lebih dulu menyandangnya dibandingkan dengan kota Bandung. Alasannya adalah ketika itu memang kota ini lebih dulu berkembang dengan situasi perkotaannya yang ditata dengan rapi mirip dengan keindahan kota Paris. Perkembangan ini tidak lepas dari berkembangnya bisnis tembakau Deli yang menjadi kualitas no 1 di dunia saat itu dan menjadi awal kemakmuran Tjong A Fie yang legendaris.
Berikut beberapa foto yang gw ambil terhadap bangunan-bangunan tua yang khususnya berada di pusat keramaian kota Medan saat itu yaitu daerah Jl Kesawan.
Mudah-mudahan pemerintah kota Medan sangat peduli terhadap kelestarian bangunan-bangunan bersejarah ini.
0 komentar:
Post a Comment