Belakangan ini marak diberitakan peng-klaiman budaya bangsa kita oleh negara tetangga kita Malaysia . Peng-klaiman ini terkait erat dengan promosi wisata negara jiran tersebut kepada dunia. Dalam upaya tersebut Malaysia banyak menggunakan kebudayaan yang ada di Indonesia sebagai daya tarik untuk membawa turis asing ke Negaranya.
Adapun beberapa kebudayaan yang digunakan oleh Malaysia itu antara lain tarian Reog Ponorogo (mereka bilangnya tarian Barong), penggunaan Lagu Rasa Sayange sebagai lagu iklan promosi pariwisata mereka, terakhir dimasukkannya tari pendet dari bali sebagai salah satu materi dalam iklan acara di discovery channel yang bertajuk enchanted Malaysia.
Terkait dengan hal ini diberitakan bahwa pemerintah sudah mengajukan keberatan kepada pemerintah Malaysia, dan tanggapan dari pemerintah Malaysia terus terang saya lihat agak lemah. Contohnya terhadap hal yang terakhir yaitu penampilan tari pendet dalam iklan di discovery channel, tanggapan dari pemerintah malaysia adalah mereka tidak mengetahui hal tersebut karena hal itu merupakan hasil kerja dari production house di Malaysia.Namun production house yang dimaksud kemudian menyangkal dengan mengatakan bahwa itu murni hasil kerja discovery channel. Namun saya rasa orang yang tidak terlalu pintar saja dapat bertanya... Masa iya pemerintah ga tau akan hal tersebut..Aneh bukan..(setidaknya itu pikiran saya)
Kemudian ada yang menarik dari berita di Media dan saya cari tau lebih lanjut dari wikipedia.. Ternyata eh ternyata... lagu kebangsaan Malaysia itu hanya merupakan lagu adaptasi.. diadaptasi dari Lagu Terang Bulan yang menjadi hits di tahun 1940 an.
Sekilas mengenai lagu terang bulan itu sendiri adalah adaptasi dari melodi yang di gubah oleh seorang berkebangsaan perancis bernama Pierre-Jean de Béranger (1780-1857. Melodi ini menjadi populer di sekitaran pulau-pulau yang menjadi jajahan perancis saat itu. Kepopuleran lagu itu kemudian sampai ke kepulauan di Nusantara dan semenanjung Malaya. Melodi tersebut pernah dimainkan sebagai musik pengiring saat upacara instalasi King Edward VII di negara bagian Perak. Namun It became a popular French melody, and was prominent on the island of Mahé in Seychelles. The song's popularity spread across the Indian Ocean and reached as far as the Malay Archipelago early in the 20th century. In 1901, it was presented as Perak State Anthem during installation ceremony of King Edward VII. In 1920s, an Indonesian Bangsawan made the first debut of the song while performing in Singapore. The melody soon became very popular among the the people and was given the name Terang Bulan (Bright Moon), becoming a Malay 'evergreen', playing at parties, in cabarets and sung by almost everybody in the 1920s and 1930s. Today, of course, since independence, it is not played as a popular melody, and any such use is proscribed by statute.
0 komentar:
Post a Comment